Adalah anak kedua dari Oey Kie Boen dan Sauw Giok Nio. Orang tuanya memiliki usaha batik cap dan batik tulis di Kedungwuni. Dari tiga bersaudara, Oey Yoe Nio dan Oey Soe Tjoen meneruskan usaha batik orang tua mereka, sedangkan Oey Soe Tiong memilih jalan lain.
Oey Soe Tjoen belajar mengelola usaha batik sejak usia muda dengan membantu orang tuanya. Pada 1925, beliau menikah dengan Kwee Tjoen Giok Nio (Kwee Nettie), anak keenam dari sepuluh bersaudara pasangan Kwee Gwan Siang dan Tan Swie Nio. Kwee Nettie lahir di Batang pada 10 Agustus 1905. Dua dari saudara Kwee Nettie menjadi pengusaha batik: Kwee Nettie di Kedungwuni, dan Kwee Ek Bie di Batang.
Di tangan generasi kedua ini , desain batik klasik karya Oey Soe Tjoen dan Kwee Nettie tetap dilanjutkan. Mereka membuat berbagai batik tulis halus dengan ragam hias Buketan, Urang Ayu, Merak Ati dan Cuwiri. Pelaksanaan proses produksi dan pengawasan mutu produk dilakukan oleh Istijanti Setiono. Ia juga melakukan berbagai pengembangan desain, baik di sisi motif maupun tata warna agar sesuai dengan perkembangan zaman. Sedangkan Muljadi Widjaja berperan dalam pemasaran produk batik Oey Soe Tjoen.
Widianti Widjaja adalah pewaris dari Rumah Batik Oey Soe Tjoen, termasuk usaha, merk, tradisi, dan teknik batik Oey Soe Tjoen, yang dikenal sebagai batik legendaris karena kehalusan batiknya. Widianti Widjaja dilahirkan tahun 1976, bersekolah di SD-SMP Pius dan SMA Negeri 1 Pekalongan. Widianti Widjaja merantau ke Yogyakarta untuk meneruskan kuliah di Universitas Atmajaya jurusan akuntansi dan lulus pada awal tahun 1999.
Sebelum menjadi generasi tiga dari Oey Soe Tjoen, banyak cita-cita yang ingin digapai oleh Widianti. Diantaranya adalah untuk melanjutkan studinya ke jenjang S2, hingga bekerja di ibu kota Jakarta. Namun, karena tuntutan dari sang Ayah, Widianti harus merelakan cita-cita tersebut, dan melanjutkan usaha Batik yang diwariskan keluarganya.