Jakarta, 16 Juli 2025 – Rumah Batik Oey Soe Tjoen (OST) resmi berusia 100 tahun. Saat ini tidak banyak orang pernah mendengar atau mengetahui merek batik Oey Soe Tjoen. Bahkan kain batiknya hanya dimiliki sebagian orang. Namun perjalanan panjang batik OST yang dikenal akan batik tulis halusnya, telah menjadi duta batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya Indonesia.
Berdiri sejak tahun 1925 di Kedungwuni, Pekalongan, oleh Oey Soe Tjoen dan Kwee Tjoen Giok Nio, batik OST merekam sejarah Indonesia melalui berbagai motif yang dipengaruhi budaya Jawa, peranakan Tionghoa, Eropa, Asia, dan Arab. Hal ini tidak lepas dari peleburan dan perkembangan budaya pesisir Jawa yang merupakan pusat perdagangan di masa lalu.
Batik yang awalnya sekadar pakaian telah bergeser menjadi benda bernilai tinggi. Apresiasi tinggi akan batik terlihat ketika batik OST kemudian dijadikan mas kawin oleh kalangan atas pada masa sebelum pendudukan Jepang. Lambat laun batik OST kemudian menjelma menjadi karya seni bernilai tinggi yang dikoleksi oleh museum dan kolektor yang tersebar di Amerika Serikat, Eropa dan Asia. Batik OST bahkan menjadi karya seni yang masuk balai lelang internasional.
Pada awalnya corak batik OST terinspirasi oleh corak buketan dengan bunga khas Belanda. Corak batik OST kemudian beradaptasi dengan corak khas peranakan Tionghoa yaitu lotus, seruni dan anggrek. Pakem ini kemudian diturunkan kepada generasi kedua, Oey Kam Long (Muljadi Widjaja) dan Lie Tjien Nio (Istijanti Setiono) pada tahun 1976.
Pada tahun 2002, Rumah Batik Oey Soe Tjoen diwariskan kepada Oey Kiem Lian (Widianti Widjaja), yang saat itu minim pengetahuan dan pengalaman membatik saat mewarisinya. Melalui proses panjang dan keteguhan hati, Widianti berhasil meneruskan Rumah batik Oey Soe Tjoen, bahkan memperkaya motif klasik tanpa meninggalkan pakem yang digariskan sang pendiri. “Warisan bukan sekadar benda, tetapi juga dapat berupa kisah perjuangan, pengabdian, cinta, dan kehormatan yang dapat menginspirasi generasi berikutnya,” ujar Widianti Widjaja, dalam siaran pers.
Keunikan batik OST yang masih dipegang teguh Widianti terletak pada teknik pembuatannya yang ditulis di dua sisi kain, corak yang kaya akan nilai budaya dan sejarah, dan komposisi gradasi warna yang rumit. Upaya mencapai kesempurnaan batik OST dihasilkan melalui ketekunan proses pengerjaan yang memakan waktu rata-rata 3 tahun untuk setiap helai kain batik.
Berbagai keunggulan ini menjadikan batik OST lebih dari sekadar kain, tetapi sebuah mahakarya seni. “Batik Oey Soe Tjoen mampu menceritakan sejarah budaya peranakan Tionghoa dan Pantai Utara Jawa yang berkembang pesat sebagai tempat pertemuan bagi para pelancong, pedagang, dan pemuka agama,” ujar Peter Carey, sejarawan sekaligus penulis buku batik pesisir Fabric of Enchantment: Batik from the North Coast of Java.
Sebagai bagian dari rangkaian 100 tahun Rumah Batik Oey Soe Tjoen, pengunjung mendapatkan kesempatan melihat dan menikmati langsung lebih dari 90 lembar kain batik di pameran batik Oey Soe Tjoen - Keteguhan Hati Merawat Warisan. Pameran berlangsung pada 25 Juli - 3 Agustus 2025 di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Pameran ini menjadi kesempatan yang langka bagi penikmat batik untuk melihat keragaman batik Oey Soe Tjoen yang menawan. Masyarakat awam diharapkan bisa lebih mengenal kekayaan budaya Indonesia lewat batik tulis halus yang semakin langka, serta meneruskan cerita keindahan batik OST kepada generasi berikutnya.
***SELESAI***
Berdiri tahun 1925 oleh pasangan Oey Soe Tjoen dan Kwee Tjoen Giok Nio di Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah. Sebagai generasi pertama, Oey Soe Tjoen membuat pakem untuk berfokus membuat kain batik tulis halus di atas kain mori dengan kedalaman detail, pewarnaan dan motif percampuran kebudayaan peranakan Tionghoa, Jawa, Arab dan Belanda.
Generasi kedua, Oey Kam Long (Muljadi Widjaja) dan Lie Tjien Nio (Istijanti Setiono) meneruskan usaha Rumah Batik Oey Soe Tjoen dan membawanya ke dunia internasional. Popularitas batik OST sebagai batik dengan kualitas tinggi menjadikannya salah satu incaran kolektor batik dan museum dunia dan disejajarkan sebagai karya seni.
Sejak tahun 2002, Rumah Batik Oey Soe Tjoen dijalankan oleh generasi ketiga, Oey Kiem Lian (Widianti Widjaja) dan Oey Ien King (Setyo Purwanto) di rumah yang sama saat Rumah Batik Oey Soe Tjoen berdiri pertama kali di Kedungwuni, Pekalongan.
Kini Rumah Batik Oey Soe Tjoen hanya melayani pembelian melalui pemesanan. Proses pengerjaan yang membutuhkan ketelitian mengharuskan calon pembeli menunggu selama kurang lebih 3 tahun. Walau demikian Rumah Batik Oey Soe Tjoen tidak pernah kekurangan peminat di tengah persaingan dengan batik printing yang jauh lebih murah.
Kontak media
Lilin/MediaTale, mewakili Batik OST
+62 812-1104-9452