Adalah anak kedua dari Oey Kie Boen dan Sauw Giok Nio. Orang tuanya memiliki usaha batik cap dan batik tulis di Kedungwuni. Dari tiga bersaudara, Oey Yoe Nio dan Oey Soe Tjoen meneruskan usaha batik orang tua mereka, sedangkan Oey Soe Tiong memilih jalan lain.
Oey Soe Tjoen belajar mengelola usaha batik sejak usia muda dengan membantu orang tuanya. Pada 1925, beliau menikah dengan Kwee Tjoen Giok Nio (Kwee Nettie), anak keenam dari sepuluh bersaudara pasangan Kwee Gwan Siang dan Tan Swie Nio. Kwee Nettie lahir di Batang pada 10 Agustus 1905. Dua dari saudara Kwee Nettie menjadi pengusaha batik: Kwee Nettie di Kedungwuni, dan Kwee Ek Bie di Batang.
Keputusan untuk meninggalkan usaha batik cap keluarga dan berkonsentrasi pada batik tulis murni halus didasarkan pada beberapa pertimbangan:
Sedikitnya pengusaha batik tulis halus di Pekalongan dan Kedungwuni karena proses pembuatannya yang rumit dan lama.
Perubahan selera pasar konsumen batik perempuan Peranakan Tionghoa, dari kebaya encim dan sarung batik ke pakaian bergaya barat, meski kebaya encim masih dipakai setelah menikah dan oleh keluarga kaya.
Peluang pasar batik tulis halus masih ada. Pada 1930, saat Oey Soe Tjoen memulai usahanya, pengusaha batik tulis halus terkemuka, Eliza van Zuylen, sudah tua dan belum ada penerusnya. Usia muda Oey Soe Tjoen dan Kwee Nettie memberi mereka keunggulan untuk mengembangkan batik tulis halus dalam jangka panjang.
Mereka berdua mengagumi keindahan dan detail batik Pekalongan yang dibuat oleh para pengusaha Peranakan Belanda, Peranakan Tionghoa dan Peranakan Arab serta Jawa. Keduanya juga memiliki semangat kuat dan kegigihan untuk mencari kesempurnaan desain dan kualitas produk batik tulis mereka.
Pilih "Generasi" Yang Ingin Dibaca.
Choose which "generation" to read.